Kekla Luang Sermata Bersuara Soal Keributan Elo

Lelang, EXPO MBD

Ketua Klasis (Kekla) Luang Sermata Gereja Protestan Maluku (GPM), Pdt. K Mose, S.Th bersuara soal kronologi keributan masal di desa Elo, kecamatan Mdona Hyera, kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) tanggal 16 dan 17 Nopember 2021 lalu. Antara sekelompok yang mengatasnamakan Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) dan pemberitaan media yang dirasa miring dan merugikan GPM.

Menurut Pdt. K Mose, S.Th dalam rilis yang disampaikan kepada media ini, Senin (21/11) bahwa tanggal 16 Nopember 2021 pukul 13.30 Wit rombongan tidak dikenal datang ke desa Elo. Informasi berkembang hendak melaksanakan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR). Kenyataannya Pemerintah Desa dan Majelis Jemaat GPM Elo belum mendapat pemberitahuan secara lisan maupun tulisan.

Dikatakannya sekira pukul 14.00 WIT bertempat di rumah Kepala Desa (Kades), berkumpul Perangkat Desa dan Perangkat Majelis Jemaat GPM Elo untuk membahas kedatangan, berdiskusi, menanti dan mempertimbangkan kehadiran dari luar wilayah dalam kaitan dengan pandemi Covid-19 untuk rombongan tersebut. Tetapi hingga pukul 17.00 WIT tidak ada pemberitahuan terkait kegiatan itu.

Setelah itu pertemuan kembali dilanjutkan di pastori jemaat GPM Elo. Dengan maksud untuk memastikan apakah benar akan ada kegiatan sesuai informasi yang berkembang, karena lokasinya berdekatan dengan gedung yang biasanya digunakan oleh sekelompok orang yang mangatasnamakan GSJA di desa Elo untuk melakukan aktivitas peribadahan.

Saat yang bersamaan ada pemuda desa, Penias Delly menyampiri Kades seraya menyampaikan informasi bahwa Yenmorce Ley (Yang katanya Pendeta GSJA) dan seseorang tidak kenal ingin bertemu. Kades kemudian menyampaikan bahwa kades sedang melakukan pertemuan, sehingga kalau ingin bertemu di pastori saja, ungkapnya.

Tidak lama berselang Penias Delly kembali dan menyampaikan lagi bahwa keduanya ingin bertemu di kediaman Kades. Kades kemudian memanggil pemuda desa yang lain yakni Karel Tarekar untuk menemui kedua orang dimaksud. Untuk menyampaikan bahwa kebetulan Kades berada di Pastori sehingga kalau dapat bertemu untuk menyampaikan maksudnya, ujarnya.

Pertemuan yang diinginkan tidak terwujud, Karel Tarekar kembali dan menyampaikan pikiran keduanya bahwa kalau begitu tidak mengapa karena sudah menghargai dan kalaupun Kades tidak menghargai tidak mengapa. Selanjutnya sekira pukul 18.30 WIT terdengar aktifitas peribadahan berlangsung, Kades bersama staf dan perangkat majelis bersepskat untuk tidak mengizinkan kegiatan itu, tuturnya.

Pukul 18.45 WIT ada niat dari Pemerintah Desa dan Majelis Jemaat GPM Elo untuk menanyakan kegiatan apa yang dilakukan dan sudah izin atau belum karena melibatkan orang luar desa. Ketua pemuda desa Elo, Atrius Maloky langsung menuju gedung tersebut diikuti oleh beberapaorang pemuda desa, staf desa, majelis jemaat dan beberapa warga jemaat, imbuhnya.

Sementara itu ketika ditanya salah satu staf desa, Marthen Yakup Saleky kepada Abner Ley dan Yermonce Ley bahwa dapat izin dari siapa? Abner Ley secara spontan menjawab bahwa “Saya yang kasi izin” beberapa saat kemudian tiba-tiba Yenmorce Ley memukul Marthen Yakup Saleky dan langsung terjatuh. Kejadian itu memicu amarah dan warga kemudian membunyikan tiang listrik, ucapnya.

Masa yang mendengar bunyi tiang listrik berkumpul, sehingga terjadi keributan masal. Masa mencoba mendekati gedung tersebut tetapi ada lemparan batu dari arah gedung, maka masa kemudian mundur dan membalas dengan lembaran batu juga. Sehingga keributan masal tidak terelakan, pelemparan batu terjadi dari kedua arah, tegasnya.

Dalam keributan itu, bukan korban hanya Marthen Yakup Saleky saja tetapi ada juga beberapa orang yang menjadi korban dipukul maupun kena lemparan batu. Korban yang dipukul yakni Swingly Belmin yang juga dipukul Yenmorce Ley sehingga luka pada mata kanan. Ifan Tiotor dipukul Ades Ley, dan Johnreksi Tarekar dipukul Yerto Ley. Korban lemparan batu yakni, Econg Unenor memar pada bagian punggung dan Amus Esau Saleky memar pada bagian lutut kanan, tandasnya.

Sebagai akibat dari pemukulan maka keesokan harinya tanggal 17 Nopember 2021 terjadi adu mulut terjadi karena ada larangan mengambil air bak dekat pastori jemaat GPM Elo, oleh Marthen Yakup Saleky untuk kelompok GSJA. Sebab kelompok GSJA ini tidak pernah mendukung program pemerintah desa, bahkan Yermonce Ley dan istrinya tidak terdaftar dalam register desa Elo, ulasnya.

Tetapi atas permintaan pihak kepolisian, Kades memberikan izin untuk kelompok GSJA dapat mengambil air hingga saat ini. Sore hari pukul 15.00 WIT Kades Elo, Maxeminus Tiotor bersama Ketua Majelis Jemaat GPM Elo beserta beberapa pemuda desa menuju gedung gereja tersebut, beberapa yang melihat kemudian membunyikan tiang listrik.

Tetapi hanya beberapa orang saja yang berdatangan ke lokasi, salah satu warga menendang pintu dan membanting gitar serta kursi diluar gedung. Sementara Ketua Majelis Jemaat GPM Elo dan beberapa pemuda yang berada di lokasi kejadian berupaya menghentikan aksi.

Peristiwa itu terjadi karena ketidakpuasan Kades terhadap prilaku yang sudah sangat meresahkan pemerintah, gereja GPM dan pendidikan. Kejadian serupa juga pernah terjadi pada tanggal 31 desember 2018, penyelesaiannya dimediasi oleh Camat dan Kapolsek Mdona Hyera dihadiri oleh Kekla Luang Sermata, Majelis Jemaat GPM Elo, Yenmorce Ley dan Abner Ley. Pernyataan melarang aktifitas kelompok tersebut sampai mengantongi izin resmi terlampir. (VQ)

Tinggalkan Balasan