Sanus 87 Tenggelamkan Satu Jolor Luang Timur

Luang Timur, EXPO MBD

Akibat olah gerak yang dilakukan oleh Kapal Motor (KM) Sabuk Nusantara (Sanus) 87 sehingga satu unit perahu motor berukuran kecil (Jolor) tenggelam. Tapi naas pemilik tak lagi memilikinya, hilang tertelan laut. Jolor tersebut milik seorang warga Desa Luang Timur, Kecamatan Mdona Hyera. Yang saat tenggelam, dinahkodai oleh Davidko A. Mosse, hendak menjemput barangnya di kapal tersebut.

Kejadianya terjadi pada Sabtu (8/7). Saat itu, KM Sanus 87 bertolak dari pelabuhan Mahleta, pulau Sermata dan berlabuh di pulau Luang. Lantaran cuaca yang kurang bersahabat, kapal tersebut tak bisa berlabuh dengan baik, setelah beberapa kali berusaha menambatkan pada sebuah tambatan yang biasa digunakan untuk berlabuh.

Dari kondisi tersebut, KM Sanus 87, akhirnya dihempas dan hanyut begitu saja. Sauhnya pun tak dilabuhkan. Sehingga dengan begitu sangat terbatas, seluruh penumpang harus bertarung nyawa untuk turun dan naik. Mulai dari penumpang anak-anak hingga yang sudah tua, beradu cepat dengan gulungan ombak yang datang silih berganti.

Karena memang tak ada pilihan lain selain harus menaklukan rasa takut untuk mengakses dua tangga dari lambung kiri dan kanan KM Sanus 87.

“Kami merasa sangat prihatin dengan kondisi ini. Kasihan penumpang dari pulau Luang harus ikut kapal sampai di tengah laut,” kesal, salah satu tokoh pemuda dari Luang Timur kepada EXPO MBD, Yansen Minuk, Sabtu (8/7).

Menurutnya, saat tiba di pelabuhan Luang, KM. Sanus 87, sudah terlambat dari jadwalnya. Yang disebutnya, dijadwalkan tiba pada pukul 06.30 WIT, di pelabuhan Luang. Sayangnya, setelah terlambat, kapal tersebut dikesal tak berusaha untuk berlabuh dengan baik. Hanya sekali mencoba berlabuh, setelah itu, dibiarkan hanyut dan menjauh di tengah laut.

“Hanya satu kali katong lihat, kalau kapal ada coba berlabuh dengan cara mengikat tali, bukan buang jangkar. Tapi karena talinya putus atau terlepas, akhirnya kapal semakin jauh dari pelabuhan, makanya jolor-jolor yang bawa penumpang dan mau ambil barang, harus ikut kapal ke tengah laut,” kata Yansen.

Dari keadaan itulah, Yansen pun kembali meluapkan keprihatinanya. Sebab, kondisi itulah yang diduga mengakibatkan tenggelamnya sebuah jolor dari Desa Luang Timur. Bahwa, semakin kapal menjauh dari pelabuhan, semakin pula mendapat gelombang besar. Ditambah arus yang dipengaruhi pasang surut air laut. Ditaklukan walau harus menelan korban material.

“Tapi mau bilang apa lai, dari pada menunggu kapal yang belum pasti kembali lagi di pelabuhan, maka jolor-jolor terpaksa harus ikut. Dan sangat kasihan sekali lihat para penumpang yang harus lawan rasa takut untuk turun dan naik. Apalagi pemilik jolor yang jadi korban, karena tenggelam dan hilang. Beruntung tak sampai ada korban jiwa,” ungkapnya.

Sementara itu, berdasarkan informasi yang dihimpun oleh EXPO MBD, beberapa pihak pun tak menampik kejadian tersebut. Mereka ikut menyatakan rasa empatinya, dan berharap korban bisa diperhatikan. Rasa empati tersebut dituangkan dalam bentuk berita acara. Bahwa tak hanya Syahbandar, sang Nahkoda pun ikut menyatakanya, dengan membubuhkan tanda-tangan.

Di mana, dalam salinan berita acara yang terigister dengan nomor : 07.08/01/BA/801/2023, berperihal : BA perahu motor tenggelam, Anapa Uleng, sebagai Nahkoda KM Sanus 87, mengaku telah menginformasikan. Yang diakuinya disampaikan dengan menggunakan pengeras suara.

Tetapi, informasi tersebut rupanya tak didengar oleh semua penumpang, terlebih yang hendak turun. Termasuk pengguna beberapa jolor yang sedang sandarkan perahunya di lambung kapal. Sebelum kapal bergerak, sudah diinformasikan untuk seluruh penumpang dengan menggunakan pengeras suaradari lambung kiri agar perahu menjauh,” tulis Nahkoda Anapa Uleng, dalam berita acara tersebut.

“Namun, perahu milik pak David, tak mendengar informasi tersebut, sehingga pada saat kapal bergerak, perahu terbalik oleh hempasan ombak dari kapal,” sambung Anapa. (TIM)

Tinggalkan Balasan