Menerka Strategi Main Sang Petarung di Pilkada MBD
Tulisan 1 (Pertama) bersambung setiap 1 minggu
Saya Freni Lutruntuhluy menuliskan topik ini setelah mencernah secara baik, pertarungan di jagat maya yang begitu keras dan kompetitif. Masing-masing meramu secara hati-hati market pasar yang diproteksi kuat untuk memenangkan pertarungan ini.
Saya mendahuluinya dengan mengatakan seperti ini, “Saya lebih suka melihat sejarah bukan dari isi kepala, melainkan kaki yang berjalan”. Kutipan ini mengandung energi yang kuat bagi mereka yang menamakan diri sebagai petarung. Apakah itu karena situasional pertarungan itu tiba-tiba ada, ataukah memang mental itu dibentuk sejak awal.
Saya mencoba membawa kita dalam sebuah ilustrasi permainan. Barangkali teman-teman akan sendiri merasakan dimana posisi yang sekarang ini kita jalani.
Saudaraku mengenal permainan tradisional cina kuno yang namanya Wei Qi? Ini adalah jenis permainan yang sangat luar biasa. Wei Qi itu ada 180 bidak putih, dan 181 bidak hitam. Strategi yang dipakai dalam permainan ini adalah mengepung musuh dan menguasai wilayah. Itu yang dipakai oleh Cina, karena itu mengapa negara itu begitu kuat hingga hari ini menguasi pasar ekonomi, politik dan lain sebagainya secara global.

Model permainan ini beda dengan catur, ketika raja tidak lagi bergerak, maka harus diputuskan untuk kalah. Saya kira itu sekedar ilustrasi permainan saja dan barangkali menjadi motivasi untuk belajar permainan ini. Tetapi ada yang lebih dari itu adalah seringkali orang memadukan banyak pola permainan dalam praktek apapun termasuk urusan politik. Inilah yang saya maksudkan bagaimana kita “Menerka Strategi Main Para Petarung” kita di Maluku Barat Daya.
Dalam hal ini saudaraku, saya tidak melihat parameter itu secara kuantitatif karena harus mengukur tingkat keberhasilan mereka, tetapi yang dilhat disini adalah potensi kualitatif para petarung yang bisa menjadi kerangka dasar memahami dan mengambil keputusan arah politik di Maluku Barat Daya pada pilkada nanti berjalan santun, dimanis dan berkualitas.
Aspek pertama soal karakter dan kejiwaan, kedua, soal kemampuan kominikasi, baik verbal, lisan bahasa tubuh dan faktor yang tidak kalah penting adalah kepekaan atau kecerdasan afektif sang pemimpin. Ini tentu diluar kecerdasan spiritual yang umumnya menjadi utama. Dalam ranah inilah kita mencoba menerka siapa diantara mereka yang cukup lihai memainkan seni itu. Semoga tidak terjadi perubahan karakter hanya karena kondisi.
Dalam dimensi melihat kepemimpinan di MBD, karakter dan psikologis rakyat kita juga masih dibingkai dengan banyak problem dan fenomena politik yang bermacam-macam. Tetapi karena sifat dan karakter asli rakyat kita masih dipoles dengan kultur dan budaya yang barangkali masih cukup kuat sehinga komunikasi politik itu bisa berjalan baik, meski sangat tergantung seni berkomunikasi. Parameter yang paling mengganggu adalah soal saling mengukur tingkat keberhasilan. Atau ada diantara calon pemimpin kita yang bisa bermasalah dengan pola komunikasinya.
Kita akan sambung tulisan saya pada edisi ke II, dengan cukup saya menutupnya bahwa ring satu dan dua Maluku begitu gencar mengadu kekuatan politik dalam kerangka menata barisan dan market politik kedepannya. …..bersambung….