Pukul Tifa Lohy Buka Rembuk Stunting

Tiakur, EXPO MBD

Penjabat Sementara Bupati Maluku Barat Daya (MBD), Melky Lohy secara resmi memukul tifa sebagai tanda dibukanya Rembuk Stunting Tahun 2024 sebagai aksi percepatan penurunan stunting di Kabupaten MBD. Bertempat di aula Bappedalitbang Kabupaten MBD, Senin (28/10/2024).

Menurut Lohy, kunci pencegahan dan penanggulangan stunting adalah di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) sehingga perhatian kepada ibu hamil dan balita, baik melalui intervensi gizi spesifik maupun intervensi gizi sensitif  perlu terus ditingkatkan.

Dikatakannya, Perangi stunting bukan hanya slogan semata. Perlu tindakan nyata melalui peningkatan pemahaman baik sosialisasi dan pelatihan kader posyandu yang merata disetiap desa, peningkatan program pembangunan sanitasi, air bersih, penyediaan pangan yang aman dan bergizi.

“Kita perlu mengektifkan dan menuntaskan kerja kita dalam penanganan penurunan stunting hingga 14 persen yang menjadi target nasional Tahun 2024. Masih menjadi perioritas pada Tahun 2025 dengan 13,5 persen. Sekarang saatnya bahu membahu, kerjasama dan berkolaborasi semua pihak dengan komitmen dan kerja keras niscaya dapat tuntas dan bebas stunting” ungkapnya.

Kepada tim percepatan penurunan stunting tingkat kabupaten, kecamatan, kelurahan dan desa. Ia menegaskan sejak dini susun strategi dan sinergi agar semua lini bergerak cepat dalam penurunan stunting. Terkhusus untuk 17 kecamatan dan 1 kelurahan yang menjadi lokus penanganan penurunan stunting Tahun 2024 ini.

Sementara itu Penjabat Sementara Ketua TP PKK Kabupaten MBD, Yeni Mozes juga menyampaikan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Faktor penyebabnya adalah kekurangan asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang dan pola asupan yang tidak memadai terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan.

Guna mempercepat pencegahan dan pengendalian stunting maka perlu peran bersama, baik pemerintah, lintas sektor terkait, maupun masyarakat. Sebagai mitra dan motor penggerak merasa perlu dilakukan rembuk stunting agar semua pihak dapat berperan sesuai dengan tupoksi, peran serta kewenangannya dalam melakukan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif, ujarnya.

Intevensi Gizi spesifik lebih berfokus pada 1000 Hari Pertama Kelahiran. Mulai dari Ibu Hamil, melahirkan, hingga berusia 2 Tahun. Dan yang lebih berperan adalah Dinas Kesehatan bersama Jajarannya yakni Puskesmas, Posyandu, Pustu yang di dukung oleh para Camat, Kepala Desa dan Dusun diwilayah setempat, ulasnya.

Sedangkan Intervensi Gizi Sensitif umumnya diluar bidang Kesehatan. yang meliputi, peningkatan Penyediaan air bersih, sarana dan sanitasi, peningkatan akses dan kualitas pelayanan Gizi dan Kesehatan Peningkatan Kesadaran, komitmen dan praktek pengasuhan gizi ibu dan anak serta peningkatan akses Pangan bergizi, ucapnya. (exp01)

Tinggalkan Balasan