“Kerbau” Cari makan Sendiri-sendiri
Catatan : Vecky Kufla
Pola dan kebiasaan hidup masyarakat diseluruh wilayah kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), tercermin dalam tradisi budaya dan adat istiadat. “Potong di kuku rasa di daging”, ini yang disebut dengan Nyoli, Snyoli dan Honoli. Hubungan baik orang basudara “Ale Rasa, Beta Rasa”, saling mencukupi diantara satu sama lain ketika menyelesaikan sebuah masalah.
Pola dan kebiasaan ini mampu unggul di luar wilayah MBD, sehingga menempatkannya pada tataran nominasi dan menjadi konsumsi mereka yang ada diluar Nusa Kalwedo. Menjadikan tradisi, budaya dan adat-istiadat “Nyoli, Snyoli dan Honoli”, jadi buah bibir sekaligus teladan bagi wilayah-wilayah yang saling berdampingan dengannya.
Realitas dari pola dan kebiasaan hidup masyarakat di wilayah MBD, pada satu sisi memberikan nilai yang sangat positif karena nilai-nilai tradisinya. Menjadikan realitas ini sebuah referensi utama dan sangat penting sebagai fungsi pada aras praksis. Namun pada sisi lain dapat saja memberikan peluang untuk terbuka sesuatu yang negatif.
Inilah yang ditakuti kalaupun dampak dari perubahan zaman sehingga terjadi peradaban, yang mampu mengikis semua nilai-nilai dari “Nyoli, Snyoli dan Honoli”. Nilai-nilai luhur ini telah diwariskan turun temurun dari leluhur, datuk-datuk dan moyang-moyang (pendahulu). Herannya, pendidikan era itu tidak lebih baik dari pendidikan hari ini.
Tetapi pola dan kebiasaan itu diadopsi anak cucu hingga kini. Kalaupun realitas itu seperti ini tentu terdapat nilai positifnya. Namun pada sisi lainnya, jika dibandingkan di era sekarang semua wajib mengeyam pendidikan yang layak. Artinya, pendidikan yang bermutu dan berkualitas. Mestinya memberikan sumbangsi yang jauh lebih baik dari leluhur, datuk-datuk dan moyang-moyang zaman dahulu.
Ternyata realitas yang terjadi zaman ini malah terbalik. Berpendidikan tinggi namun tidak dapat menambah dan memperbaharui nilai-nilai positif tradisi yang telah dibuat. Tetapi pada kenyataannya memberikan ruang yang terbuka untuk nilai-nilai negatif, terhadap pola dan kebiasaan hidup yang tercermin dalam tradisi budaya dan adat istiadat “Nyoli, Snyoli dan Honoli”.
Nilai positif dan negatif dalam kebiasaan hidup yang tercermin pada tradisi budaya dan adat istiadat “Nyoli, Snyoli dan Honoli” terpola juga dalam gambaran hidup kawanan ternak kerbau peliharaan masyarakat pulau Moa. Sejenak kembali pada suasana sebelum pembangunan kabupaten, Ketika ibukota belum diisi dengan pembangunan.
Manakala Tiakur adalah sebuah wujud kubangan kawanan ternak kerbau. Dimana ketika siang hari keluar mencari makan secara bersama, mandi bersama dalam sebuah kelompok keluarga yang utuh dan harmonis. Saat malam menjelang kawanan kelompok ternak kerbau kembali menggambarkan kebersamaan keperaduannya.
Tetapi semuanya sirna dimakan usia waktu ketika kubangan itu berubah menjadi sebuah kota yang indah nan memukau. Aktivitas terfokus pada tempat itu, maka pembangunan dan bisingnya kota mengusik dan menggeserkan kawanan ternak kerbau.
Kaget diusik oleh pembangunan dan bisingnya kota, kawanan ternak kerbau itu berlarian keluar mencari kubangan yang baru sebagai tempat hidup. Ketika keluar mereka (Kawanan Ternak Kerbau) saling berebutan dan bergesek satu sama lainnya, seakan berlomba dalam sebuah persaingan yang ketat. Demi mendapatkan tempat terbaik untuk sebuah keberlangsungan kehidupan.
Pastinya dalam perebutan dan pergesekan untuk mendapatkan tempat terbaik ada realita yang perlu diceritakan bahwa yang lemah akan jatuh tertindas, kuat akan keluar mencari makan sendiri-sendiri. Hidup juga kini berubah, tidak seperti dulu lagi. Sebab seiiring juga dengan perubahan wilayah dan pola berpikir sehingga ada perubahan dalam realitas hidup.
Cerita kawanan ternak kerbau ini, memperlihatkan kepada kita akan relaitas hidup dari perubahan zaman. Mampu mengikis nilai-nilai positif tradisi, budaya dan adat istiadat “Nyoli, Snyoli dan Honoli” yang telah dibuat leluhur, datuk-datuk dan moyang-moyang. Semoga cerita ini akan membawa masyarakat untuk terus menjaga, merawat dan memupuk nilai-nilai positif tradisi di MBD. Sehingga membawa rakyat MBD kepada pembangunan yang sesungguhnya.