GPM Komitmen Pertahankan YPPK Sebagai Identitas dan Jati Diri
Tiakur, EXPO MBD
Wujud eksistensi mempertahankan sekolah Kristen yakni Yayasan Pembinaan Pendidikan Kristen (YPPK) Dr. J. B. Sitanala sebagai identitas dan jati diri, bukan dalam prespektif negatif. Artinya Gereja Protestan Maluku (GMP) besar tetapi tanggungjawab kemasyarakatan, kebangsaan dan mendidik tidak ada. Dimana ada nilai positif untuk menjaga eksistensi kekristenan yang berkualitas, dengan niat kesungguhan dalam kerangka pekerjaan pendidikan yang dipercayakan untuk menghadirkan kebaikan.
Hal ini disampaikan Ketua Klasis GPM Pulau-pulau Leti Moa Lakor (Lemola), Pdt. M. M. Timisela ketika ditemui wartawan media ini diruang kerjanya, rabu (25/08). Kedepannya ada metode yang ingin dibangun bersama untuk pendidikan “dikeroyok” secara bersama. Sebab pendidikan bukan hanya tanggungjawab pemerintah dan swasta, tetapi menjadi tanggungjawab bersama.
Menurut Timisela, ketika semua kekuatan dapat dipadukan, berarti sekolah yayasan akan mengalami kemajuan yang luar biasa kedepan. Karena sejauh ini belum ada kesepahaman soal konsep ini. Semoga saja kedepan baik sekolah Negeri maupun yayasan harus sama dalam bentuk perhatian. Karena yang bersekolah adalah anak-anak bangsa.
Dikatakannya, anak-anak didik disekolah-sekolah Kristen adalah anak-anak Indonesia. Anak-anak yang juga kelak berhasil mewarisi nilai-nilai kebangsaan, tetapi berjuang membangun bangsa dan Negara termasuk di kabupaten Maluku Barat Daya (MBD). Pemerintah kabupaten MBD dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) juga perlu bersuara untuk pemerintah pusat.
Mengayomi sekolah-sekolah Kristen itu adalah bagian dari tanggungjawab Negara. Sehingga ketika Negara mengabaikan dan tidak memberikan perhatian terhadap hal itu, berarti tidak ada wujud kecintaan terhadap anak-anak dan pembangunan ini. Sebab sekolah-sekolah Kristen yakni YPPK itu seperti Nirlaba, ungkapnya.
Tidak ada keinginan sedikitpun untuk mencari keuntungan dari sekolah-sekolah Kristen. Malah ada pemotongan gaji para pelayanan (Pendeta) untuk membayar gaji honor pada sekolah Kristen. Ada juga konsep untuk membuat Guru relawan seperti Indonesia mengajar. Usulan dalam sidang Sinode untuk kedepan ada pengangkatan guru menjadi pegawai organik Gereja Protestan Maluku (GPM), tegasnya.
Pasalnya, ada evaluasi juga nanti untuk mengantisipasi ketika kedepan ada regulasi, sehingga sekolah swasta akan dialihkan statusnya menjadi sekolah negeri. Tetapi tidak semuanya sebab pasti ada sekolah Kristen yang terus diperjuangkan untuk hadir menjadi sekolah unggulan, sebagai wujud mempertahankan eksistensi kekristenan.
Sedangkan yang harus dialihkan fungsi menjadi negeri berkaitan dengan aset, sebab ada nilai warisan pada sekolah Kristen. Jauh sebelum Negara hadir bahkan kabupaten MBD, gereja telah hadir. Lewat guru penginjil untuk membuat sekolah. mesti ada bentuk ganti rugi, sebagai wujud penghormatan kepada pendahulu yang memberi, jelasnya. (VQ)