Kajian Balitbangda MBD, Inovasi Teknologi Bawang Merah Lakor
Tiakur, EXPO MBD
Sebuah kajian yang telah dilakukan oleh Badan penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) pada tahun 2020 lalu. Tentang penerapan inovasi teknologi pengembangan bawang merah lakor, menunjukan hasil yang baik dengan potensi sebesar 5,71 ton/ha. Peningkatan produksivitas bawang dan mengatasi kelangkaan dimusim hujan, dengan penerapan rain shelter (Plastik naungan).
Hal ini ditulis berdasarkan press release yang diterima media ini dari Balitbangda kabupaten MBD belum lama ini. Bawang merah lakor populer dengan sebutan bawang lakor, sebagai warisan keraifan lokal berperan sebagai penyumbang ekonomi strategis dari sektor pertanian. Bawang lakor memberikan kontribusi masif terhadap pendapatan rumah tangga dan penerimaan daerah.
Ternyata dari total luas panen bawang lakor yaitu 34 ha hanya ada produksi sekali panen setahun sebanyak 29,8 ton dengan produksivitas 0,88 ton/ha. Dari data tersebut ternyata produksi bawang merah masih jauh dari potensi hasil yang mestinya dicapai yaitu 12 ton/ha. Dengan estimasi kebutuhan konsumsi daerah setahun sebesar 203 ton, maka dilakukan inpor dari Surabaya, Makasar, Kupang dan Ambon.
Kondisi ini memperlihatkan produksi bawang merah lakor belum mumpuni untuk menjawab kebutuhan dalam daerah. Dengan demikian sangatlah diperlukan perhatian serius untuk pengembangan bawang merah lakor yang lebih difokuskan pada upaya peningkatan produksi. Rendahnya produksi adalah karena frekuensi tanam rendah, dengan aktivitas tanam satu kali setahun tepatnya pada musim kemarau.
Menjawab rendahnya produksivitas bawang merah lakor dapat diatasi dengan sentuhan inovasi teknologi yaitu rain shelter (Plastik naungan). Ini merupakan budidaya diluar musim atau diluar kebiasaan, dan ini memiliki tantangan jauh lebih besar dari pada musim kemarau. Tantangan musim penghujan berupa curah hujan dan ancaman hama penyakit lebih tinggi yang menyebabkan kematian dan produksi hasil rendah.
Teknologi inovasi yang diujicobakan pada lahan percobaan (demplot) di pulau Lakor yaitu rain shelter (Plastik naungan). Berfungsi melindungi tanaman bawang dari musim hujan, sehingga tidak terjadi kelebihan air atau genangan pada lokasi tanam yang dapat mengakibatkan busuk umbi. Selain itu, teknologi budidaya seperti pengaturan pemupukan, jarak tanam, pemberantasan hama penyakit dengan metode ramah lingkungan.
Rendahnya produksi bawang Lakor juga dipengaruhi oleh tidak tersedianya infrastruktur pertanian. Antara lain irigasi dan jalan usaha tani (JUT). Tidak adanya sistem irigasi berupa pipanisasi, sehingga energi dan waktu yang dibutuhkan petani semakin besar sedangkan produksinya rendah. JUT yang belum tersedia mempersulit petani mengangkut bibit, pupuk dan hasil pertanian. (VQ)